PADA SAAT mulai memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) pertama pada bayi, banyak tantangan dan masalah yang akan kita hadapi. Tantangan dan masalah yang sering timbul salah satunya, yaitu alergi dan intoleransi makanan pada bayi.
Alergi dan intoleransi makanan terkadang muncul pada awal bayi belajar makan makanan padat. Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh. Tubuh orang yang menderita alergi menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Alergi makanan bisa menyerang siapa saja dengan kadar yang berbeda-beda. Setelah usia dua tahun, maturitas saluran cerna akan membaik, sehingga gangguan saluran cerna karena alergi makanan ikut berkurang. Selanjutnya, pada usia di atas 5—7 tahun, alergi makanan terus berkurang secara bertahap, meskipun alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai dewasa, seperti alergi terhadap udang, kepiting, telur, dan kacang tanah. Pada saat seseorang menyantap makanan kemudian timbul perasaan tidak enak di tubuhnya, mereka akan beranggapan bahwa mereka alergi terhadap makanan tersebut.
Namun, ternyata tidak semua anggapan tersebut benar. Hanya 1% pada orang dewasa dan 3% pada anak-anak yang terbukti jika mereka memang benar-benaralergi terhadap makanan tertentu. Perbedaan ini terjadi akibat masih banyaknya orang yang salah kaprah akan pengertian alergi makanan. Sulit untuk membedakan mana yang disebut alergi makanan dan mana yang disebut intoleransi terhadap makanan. Alergi makanan adalah respons abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula. Sementara itu, intoleransi makanan adalah respons abnormal dari tubuh terhadap makanan tertentu yang gejalanya mirip dengan alergi makanan. Akan tetapi, pencetusnya bukan dari reaksi spesifik pada sistem imun, melainkan dari beberapa penyakit tertentu.
Akhir-akhir ini sering kali kita mendengar mengenai alergi makanan pada bayi. Biasanya, alergi pada anak-anak akan muncul pada kondisi berikut ini.
- Pada orangtua yang menderita alergi, anak juga akan lebih mudah atau cenderung untuk menderita alergi.
- Seiring dengan perkembangan zaman, makin banyak perempuan yang bekerja di luar rumah, sehingga sering kali bayi di bawah usia 5 bulan sudah diberi makanan tambahan atau susu formula sebagai pengganti ASI.
- Banyaknya bahan makanan tambahan yang digunakan, misalnya pada roti.
- Anak mengonsumsi bahan makanan yang mengandung hormon estrogen, misalnya susu sapi, telur, dan daging yang kualitasnya tidak bagus. Termasuk juga pada makanan yang dibuat dari bahan-bahan, seperti yogurt, keju, kue, dan lain-lain.
Beberapa makanan umumnya berpotensi menimbulkan alergi dan sebaiknya tidak diberikan hingga bayi berumur tertentu. Makanan tersebut misalnya, sebagai berikut.
- Ikan laut dan makanan laut lainnya.
- Kacang tanah dan beberapa kacang lainnya, seperti kacang merah dan kacang hijau.
- Susu sapi dan produk olahannya (terutama anak yang alergi protein susu sapi).
- Putih telur.
- Gluten dan gandum.
- Jagung.
- Stroberi.
Sebagian besar alergi yang terjadi pada anak dapat hilang, tetapi alergi makanan terhadap kacang-kacangan, ikan, dan kerang-kerangan sering kali menetap. Untuk masalah ini, mintalah saran dari dokter spesialis anak Anda. Jika suatu makanan menyebabkan masalah pencernaan pada anak, mungkin karena makanan tersebut diperkenalkan terlalu dini. Anda dapat memperkenalkan kembali makanan itu pada kesempatan lain. Perkenalkan makanan-makanan baru pada bayi dengan hati-hati dan amati apa pun reaksinya. Jika perlu, buatlah catatan. Terlebih saat Anda memberikan makanan yang bersifat alergenik, seperti telur, kacang tanah, ikan, kerang-kerangan, kacang kedelai, dan gandum.
No comments:
Post a Comment